Sabtu, 03 Mei 2008

VAKSINASI HPV UNTUK PENCEGAHAN KANKER LEHER RAHIM

Kanker leher rahim sudah tidak asing lagi di telinga kita. Tidak mengherankan, mengingat fakta bahwa kanker ini merupakan penyebab kematian pertama akibat keganasan pada wanita di Indonesia. Berbagai studi dikembangkan untuk mengetahui penyebab keganasan ini. Telah diketahui bahwa pada 95% kanker leher rahim mengandung DNA Human Papilloma Virus (HPV). Sebagian besar perubahan prakanker yang terjadi pada sel epitel (lesi prakanker) leher rahim juga mengandung DNA HPV. Hal ini menunjukkan adanya korelasi antara kejadian kanker leher rahim dan infeksi HPV. Kenyataan ini memberi kita kesempatan dalam berusaha untuk mencegah terjadinya kanker leher rahim.

Terdapat lebih dari 100 subtipe Human Papilloma Virus (HPV) yang telah berhasil diidentifikasi. Virus ini dapat menyerang kulit, mukosa mulut, kerongkongan dan alat kelamin. Beberapa tipe HPV diantaranya berkaitan dengan kejadian keganasan. Sekitar 25 subtipe terletak pada mukosa alat kelamin (genitalia). HPV tipe 6 dan 11 seringkali hanya mengakibatkan kelainan berbentuk seperti kutil yang bersifat jinak (wart, kondiloma akuminata). HPV tipe 16, 18, 31, 35 dan 39 seringkali dikaitkan dengan kanker leher rahim invasif. HPV 16 adalah tipe HPV yang paling sering dijumpai pada sekitar setengah kasus kanker leher rahim di dunia. Infeksi HPV ditularkan melalui hubungan seksual. Infeksi dapat berjalan tanpa menunjukkan adanya gejala tertentu serta dapat menyembuh dengan sendirinya. Namun bila infeksi HPV ini terus berlangsung dalam jangka waktu tertentu (persisten), maka akan menimbulkan kanker leher rahim.

Adanya infeksi HPV dapat mengakibatkan perubahan pada sel yang melapisi permukaan leher rahim. Perubahan ini dapat dideteksi melalui pemeriksaan Papsmear. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menggoreskan spatula kayu pada leher rahim untuk mendapatkan contoh sel yang kemudian akan dievaluasi dibawah mikroskop. Infeksi HPV akan memberikan gambaran sel yang mengalami displasia ringan dan CIN I. Apabila ditemukan sel koilosit juga harus dicurigai sebagai infeksi HPV.

Pencegahan penularan infeksi virus yang dapat menyebabkan kanker leher rahim ini dapat dilakukan dengan beberapa cara. Tidak bergonta-ganti pasangan seksual, yang diyakini tidak terjangkit virus HPV, cukup efektif untuk menghindari infeksi HPV. Selain itu, saat ini telah ditemukan vaksin untuk melindungi kita dari infeksi HPV. Vaksin ini diyakini dapat menurunkan angka kematian akibat kanker leher rahim hingga duapertiganya.

Vaksin pencegahan HPV ini berisi protein yang berasal dari komponen permukaan virus HPV yang dapat menimbulkan respon pertahanan tubuh berupa antibodi, yang mampu melindungi tubuh dari infeksi HPV. Komponen permukaan ini tidak menimbulkan infeksi, malahan dapat berinteraksi antar satu dengan yang lainnya untuk membentuk partikel yang menyerupai virus HPV. Partikel ini yang kemudian akan menstimulasi sistem pertahanan tubuh untuk memproduksi antibodi sehingga tubuh terlindungi dari infeksi HPV. Kebanyakan vaksin pencegahan HPV yang beredar di pasaran mengandung protein virus HPV 6, 11, 16 dan 18.

Vaksin pencegahan HPV ini lebih efektif bila diberikan sebelum seorang wanita mulai aktif secara seksual, sekitar usia 9-24 tahun. Vaksin ini diberikan dalam tiga kali suntikan, yaitu pada bulan pertama, ketiga dan keenam. Lama proteksi vaksin pencegahan HPV adalah 5 tahun. Saat ini masih dikembangkan penelitian mengenai pentingnya vaksinasi ulangan (booster) untuk mempertahankan tingkat proteksi vaksin.

Pemberian vaksin pencegahan HPV tidak menyingkirkan pentingnya pemeriksaan Pap smear. Vaksin pencegahan HPV tidak melindungi leher rahim dari infeksi seluruh tipe HPV. Maka dari itu Papsmear tetap perlu dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan pada leher rahim.

dr. Pramita Andarwati

Tidak ada komentar: