Kamis, 27 Maret 2008

Kapan harus melakukan deteksi dini?

Setiap wanita seharusnya melakukan pemeriksaan payudara sendiri (sarari) sebulan sekali, sekitar seminggu setelah menstruasi berakhir. Jadi pada dasarnya setiap wanita yang telah mendapatkan menstruasi pertama (menarche), sudah dapat melakukan sarari.

Wanita berusia 20-39 tahun sebaiknya melakukan pemeriksaan payudara secara klinis (oleh dokter) setiap tiga tahun.

Bila wanita tersebut menginjak usia 40 tahun, maka disarankan untuk melakukan pemeriksaan mammogram dan pemeriksaan payudara secara klinis setiap tahun.
Mammogram dapat mendeteksi tumor yang belum dapat diraba, bahkan dapat mengetahui lesi kalsifikasi yang merupakan tanda awal terjadinya kanker. Pemeriksaan mammogram secara rutin mampu menurunkan 30% angka kematian akibat kanker payudara.

Rabu, 26 Maret 2008

Kanker Payudara

Apakah perbedaan tumor dan kanker?
Sekumpulan sel yang tumbuh secara tidak normal atau tidak terkendali disebut sebagai tumor. Tumor yang tidak memiliki kemampuan untuk menyebar ke bagian tubuh lainnya disebut sebagai tumor jinak (benigna). Sebaliknya, tumor yang berpotensi untuk menyebar ke bagian tubuh lain yang jauh atau tumbuh menginvasi jaringan sekitarnya disebut sebagai tumor ganas (maligna) atau 'kanker'.
Tumor ganas yang tumbuh pada payudara disebut sebagai kanker payudara

Selasa, 25 Maret 2008

Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sarari)

Pemeriksaan ini wajib dilakukan oleh setiap wanita setiap bulannya

PERSIAPAN

1. Lakukan pemeriksaan payudara ini 7-10 hari sejak hari menstruasi pertama.
2. Lepaskan seluruh pakaian yang diatas pinggang.
3. Berdiri di depan cermin dengan penerangan cukup baik yang dapat memperlihatkan bagian tubuh, hingga ke pinggang.

PEMERIKSAAN

Pemeriksaan lengkap payudara sendiri dibagi atas beberapa tahap:

1. Melihat

Tanggalkan seluruh pakaian bagian atas. Berdirilah di depan cermin dengan kedua lengan tergantung lepas, di dalam ruangan yang terang. Perhatikan payudara Anda:
Apakah bentuk dan ukurannya kanan dan kiri simetris dan sama besar?
Apakah bentuknya membesar/mengeras?
Apakah arah putingnya lurus ke depan? Atau berubah arah?
Apakah putingnya tertarik ke dalam?
Apakah puting/kulitnya ada yang lecet?
Apakah kulitnya tampak kemerahan? Kebiruan? Kehitaman?
Apakah kulitnya tampak menebal dengan pori-pori melebar (seperti kulit jeruk)?
Apakah permukaan kulitnya mulus, tidak tampak adanya kerutan/cekungan?

Ulangi semua pengamatan di atas dengan posisi kedua tangan lurus ke atas. Setelah selesai, ulangi lagi pengamatan dengan kedua tangan di pinggang, dada dibusungkan, kedua siku ditarik ke belakang. Semua pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui adanya tumor yang terletak dekat dengan kulit.

2. Memijat

Dengan kedua belah tangan, secara lembut pijat payudara dari tepi hingga ke puting, untuk untuk mengetahui ada-tidaknya cairan yang keluar dari puting susu (seharusnya tidak ada, kecuali Anda sedang menyusui).

3. Meraba

Sekarang berbaringlah di atas tempat tidur untuk memeriksa payudara satu demi satu. Untuk memeriksa payudara kiri, letakkan sebuah bantal tipis di bawah bahu kiri, sedang lengan kiri direntangkan ke atas di samping kepala atau diletakkan di bawah kepala.

Gunakan jari ke dua hingga empat tangan kanan yang saling dirapatkan untuk meraba payudara. Rabaan dilakukan dengan gerakan memutar (seperti membuat lingkaran kecil-kecil), mulai dari puting susu hingga ke tepi payudara. Sesudah itu geser posisi jari sedikit ke sebelahnya, dan lakukan lagi gerakan memutar dari puting susu sampai tepi payudara. Lakukan terus secara berurutan sampai seluruh bagian payudara diperiksa. Untuk memudahkan gerakan, Anda boleh menggunakan lotion atau sabun sebagai pelicin.

Lakukan sedemikian hingga seluruh area payudara tuntas teraba, tak ada yang terlewatkan.

Perlu diperhatikan bahwa masing-masing gerakan memutar harus dilakukan dengan kekuatan tekanan yang berbeda-beda, setidaknya dengan tiga macam tekanan. Pertama-tama dilakukan dengan tekanan ringan untuk meraba adanya benjolan di dekat permukaan kulit, yang kedua dengan tekanan sedang untuk meraba adanya benjolan di tengah-tengah jaringan payudara, yang ketiga dengan tekanan cukup kuat untuk merasakan adanya benjolan di dasar payudara, dekat dengan tulang dada/iga.

Setelah selesai dengan payudara kiri, pindah posisi bantal dan lengan, lakukan pemeriksaan pada payudara kanan dengan menggunakan keempat jari tangan kiri.


4. Meraba Ketiak
Setelah itu raba ketiak untuk mengetahui adanya benjolan yang diduga suatu anak sebar kanker.
Dilakukan dengan kedua lengan tergantung bebas, serileks mungkin.

Senin, 24 Maret 2008

Bagaimana menegakkan diagnosa kanker payudara?

Ketika Anda mengalami gejala atau tanda yang dicurigai sebagai suatu kelainan pada payudara, maka Dokter akan menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan penunjang. Beberapa pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan adalah mammogram dan Ultrasonografi (USG) payudara.

USG menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi pada lesi atau tempat yang dicurigai sebagai kanker. Cara ini relatif tidak nyeri dan sudah cukup dapat membedakan antara lesi yang jinak dan ganas.

Mammogram menggunakan sinar X dosis rendah untuk mendeteksi kelainan pada payudara dengan cara mengambil gambar dari sisi atas-bawah dan sisi luar-dalam payudara. Mammogram lebih sensitif dalam mendeteksi kelainan yang ada. Mammogram bahkan dapat mendeteksi suatu kelainan sebelum kelainan tersebut tampak atau dapat teraba.
Bila nampak kelainan pada pemeriksaan mammogram atau USG, selanjutnya Dokter akan menyarankan Ibu untuk melakukan biopsi.


Biopsi adalah pengambilan contoh jaringan untuk kemudian dilakukan analisa sel-sel yang ada dengan bantuan mikroskop. Biopsi merupakan satu-satunya cara untuk menentukan secara pasti ada atau tidaknya kanker. Pengambilan jaringan tersebut dapat menggunakan jarum yang sangat kecil, agak besar atau bahkan membutuhkan operasi kecil. Dokter akan menentukan cara pengambilan contoh jaringan tersebut tergantung kelainan yang ada pada payudara Ibu.

Adakah cara untuk menghindari kanker payudara?

Hindari terapi sulih hormon dalam jangka waktu lama (10-20 tahun).

Hindari melahirkan setelah usia 30 tahun.

Sebaiknya menyusui .

Menerapkan gaya hidup sehat :

Mengenai makanan, usahakan
  • Mengurangi makanan berlemak yang berlebihan.
  • Lebih banyak makan makanan berserat.
  • Lebih banyak makan makanan yang banyak mengandung vitamin A dan C dan sayur-sayuran berwarna.
  • Lebih banyak makan makanan berwarna.
  • Mengurangi makan makanan yang telah diawetkan (misalnya diasinkan, dibakar, diasap atau dengan bahan pengawet) atau disimpan terlalu lama.
  • Hindari kelebihan berat badan dengan cara berolah raga dan mengatur pola makan seimbang
  • Aktivitas fisik dapat menunda menarche yang pada akhirnya menurunkan risiko kanker payudara. Selain itu aktivitas fisik juga menghindarkan dari obesitas dan kelebihan berat badan yang dapat menurunkan risiko terkena kanker payudara.
  • Obesitas atau kelebihan berat badan setelah menopause meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara
  • Tidak ada hubungan antara kejadian kanker payudara dengan kadar lemak, kolesterol, asam linoleat maupun kadar lemak jenuh.
  • Membatasi konsumsi alkohol, maksimal satu gelas sehari. Kebiasaan minum alkohol lebih dari 5 kali per minggu meningkatkan risiko terkena kanker payudara.

Bagaimana gejala kanker payudara?

Malangnya, kanker payudara satdium awal seringkali tidak menunjukkan gejala. Berikut adalah gejala yang paling sering menyertai kanker payudara.

Penebalan kulit payudara
Skin dimple (Dekik/mirip lesung pipit)
Perubahan bentuk atau ukuran payudara.
Perubahan bentuk puting. Puting tertarik ke dalam atau tertarik ke satu sisi. Penebalan putting.
Kemerahan atau skuama pada kulit atau puting. Pori-pori kulit melebar seperti buah jeruk.
Keluar cairan dari puting. Normalnya cairan hanya keluar saat menyusui.


Tanda-tanda tersebut tidak selalu menunjukkan adanya kanker, namun perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikannya.

Siapa saja yang lebih rentan terkena kanker payudara?

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kerentanan seorang wanita untuk terkena kanker payudara :

Usia : bertambahnya usia, menyebabkan bertambahnya risiko terkena kanker payudara.
Kanker payudara jarang terjadi pada masa sebelum menopause.


Riwayat menderita kanker payudara : bila seorang wanita telah menderita kanker payudara, maka risiko munculnya kanker pada payudara sisi yang lain akan meningkat.

Menarche (menstruasi pertama) : semakin muda usia seorang wanita saat mendapat menstruasi pertamanya, maka akan semakin tinggi risiko terkena kanker payudara. Setiap satu tahun keterlambatan menarche akan menurunkan risiko kanker payudara sebesar 20%.

Kehamilan pertama : semakin tua usia wanita tersebut saat melahirkan anak pertamanya, semakin tinggi pula risiko terkena kanker payudara. Wanita yang melahirkan pertama pada usia 30 tahun memiliki risiko 2-5 kali lebih tinggi dibanding dengan wanita yang melahirkan pertama kali pada usia sebelum 18-19 tahun. Kelahiran prematur nampaknya meningkatkan risiko kanker payudara.

Penggunaan hormon tambahan: seperti pada terapi sulih hormon dan kontrasepsi oral; terapi sulih hormon selama 10 hingga 20 tahun meningkatkan risiko terkenanya kanker payudara sebesar 1.5 hingga 2 kali, tetapi tidak demikian pada penggunaan kontrasepsi oral ataupun terapi sulih hormon dalam waktu singkat.

Riwayat keluarga : seorang wanita akan memiliki risiko terkena kanker payudara 1.5-3 kali lebih tinggi bila saudara sekandung atau ibunya menderita kanker payudara. Hal ini terkait dengan adanya mutasi genetik (perubahan gen) pada gen BRCA1 dan BRCA2.

Operasi pengangkatan indung telur (oophorectomy) sebelum usia 50 tahun akan menurunkan risiko kanker payudara

Wanita yang tidak pernah memiliki anak (nullipara) memiliki risiko menderita kanker payudara 1.4 kali lebih besar.

Wanita yang menopause setelah usia 55 tahun akan memiliki risiko terkena kanker payudara lebih tinggi.

Ras : Kanker payudara lebih sering dijumpai pada wanita Latin, Asia, Afrika dan Amerika.

Radiasi : Wanita yang menjalani terapi radiasi (misal pada penyakit Limfoma Hodgkin) akan memiliki risiko yang lebih tinggi.

Siapa saja yang dapat terkena kanker payudara?

Siapa pun dapat menderita kanker payudara, baik pria maupun wanita. Wanita memiliki risiko lebih tinggi.

Kanker payudara merupakan penyebab terbanyak kedua kematian wanita di Indonesia.

Jumat, 21 Maret 2008

MENOPAUSE

Menopause adalah suatu keadaan dimana tidak terjadinya menstruasi selama 12 bulan. Masa transisi menopause diawali dengan masa siklus menstruasi yang berbeda (tidak teratur) dan diakhiri dengan berhentinya menstruasi. Perimenopause berarti 'waktu menjelang menopause'.

Istilah ini bukanlah merupakan istilah medis, tetapi kadang kala digunakan untuk menjelaskan beberapa aspek yang mengiringi menopause yang terjadi pada masa transisi tersebut. Postmenopause menunjukkan masa setelah terjadinya menstruasi terakhir.

Menopause merupakan suatu waktu dimana kehidupan wanita berubah seiring dengan menurunnya fungsi ovarium (indung telur). Ovarium merupakan sepasang kelenjar reproduksi pada wanita. Ovarium terletak pada pelvis (ruang panggul), masing-masing satu buah pada setiap sisi uterus (rahim). Ukuran dan bentuk masing-masing ovarium kira-kira seperti buah almond. Ovarium menghasilkan telur (ova) dan hormon kewanitaan seperti estrogen. Setiap siklus menstruasi, satu buah telur dilepaskan dari satu ovarium. Telur akan berjalan dari ovarium melalui tuba Fallopii menuju uterus.

Ovarium merupakan sumber utama hormon kewanitaan, yang mengatur perkembangan karakteristik tubuh wanita seperti payudara, bentuk tubuh dan rambut pada tubuh. Hormon juga mengatur siklus menstruasi dan kehamilan. Estrogen juga melindungi tulang. Maka dari itu, seorang wanita dapat mengalami osteoporosis (pengeroposan tulang) di kemudian hari ketika ovariumnya tidak lagi menghasilkan estrogen yang adekuat.
Perimenopause terjadi di waktu yang berbeda-beda pada setiap wanita. Para ahli masih berusaha meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi dan mengawali masa transisi ini.



Pada usia berapa biasanya wanita mengalami menopause?

Pada umumnya wanita mengalami menopause pada usia 51 tahun. Tetapi tidak ada cara untuk memprediksi kapan wanita tersebut memasuki masa menopause. Usia dimana wanita tersebut mendapatkan menstruasinya pertama kali tidak berpengaruh dengan kapan wanita tersebut mengalami menopause. Sebagian besar wanita mengalami menopause pada rentang usia 45 dan 55 tahun, tetapi menopause dapat terjadi lebih awal pada usia 30an atau 40an tahun atau bahkan tidak terjadi menopause hingga usia 60an tahun. Sebagai perkiraan kasar, seorang wanita akan mengalami menopause pada usia yang sama dengan ibunya menngalami menopause.

Perimenopause, seringkali diiringi dengan ketidakteraturan siklus menstruasi bersamaan dengan gejala-gejala khas, yang dapat muncul 10 tahun lebih awal dari menstruasi terakhir.



Apa saja gejala menopause?

Gejala yang timbul pada masa menopause adalah Hot flashes (rasa panas pada badan dan wajah), sulit tidur, perasaan hati yang berubah-ubah (mood swing, uring-uringan), dan rasa kering pada vagina.


Kondisi apa yang dapat mempengaruhi datangnya menopause?

Operasi pengangkatan kedua ovarium. Dalam hal ini biasanya tidak dijumpai perimenopause. Segera setelah operasi, wanita tersebut akan mengalami gejala dan tanda menopause yang berat. Pada wanita yang tidak mendapatkan menstruasi setelah menjalani operasi pengangkatan rahim (histerektomi), kedua ovariumnya masih dapat menghasilkan hormon seperti pada keadaan normal hingga tiba waktunya menopause.

Kemoterapi dan terapi radiasi pada kanker. Bila kedua terapi ini diberikan pada wanita dalam masa reproduktif akan menyebabkan menopause lebih awal. Gejala menopause dapat timbul selama masa terapi atau beberapa bulan setelah terapi.
Kegagalan Ovarium prematur. Keadaan ini didefinisikan sebagai terjadinya menopause sebelum usia 40 tahun. Kondisi ini terjadi pada 1% wanita. Penyebabnya tidak sepenuhnya diketahui, tetapi mungkin terkait dengan penyakit autoimun atau faktor genetik.


Perubahan apa saja yang terjadi setelah menopause?

Beberapa kondisi medis akan terjadi setelah menopause. Informasi ini diharapkan membuat Anda lebih waspada dalam mengantisipasi perubahan tersebut untuk mengurangi risiko yang mungkin terjadi.

-Penyakit kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah).
Ketika kadar estrogen menurun, maka risiko untuk terkena penyakit kardiovaskular akan meningkat. Penyakit jantung merupakan penyebab kematian utama pada wanita sebagaimana pada pria. Meski demikian, masih ada cara untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit jantung. Usaha yang dapat Anda lakukan adalah berhenti merokok, menurunkan tekanan darah, berolah raga dengan teratur dan mengkonsumsi makanan rendah lemak dan meningkatkan konsumsi makanan yang banyak mengandung serat seperti buah, sayur dan grain.

-Osteoporosis
Dalam beberapa tahun setelah menopause, kepadatan tulang Anda mungkin akan cepat berkurang (keropos), sehingga meningkatkan risiko terkena osteoporosis. Osteoporosis menyebabkan tulang menjadi rapuh, sehingga mudah patah. Wanita menopause biasanya lebih rentan mengalami patah tulang panggul, pergelangan tangan dan tulang belakang.
Itulah mengapa perlu mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah cukup, yaitu 1200-1500 mg kalsium dan 800 IU vitamin D setiap harinya. Berolah raga teratur juga tidak kalah pentingnya, seperti jogging (berlari) dan berjalan kaki, untuk menjaga tulang tetap kuat.

-Inkontinensia urin (tidak dapat menahan kencing)
Seiring dengan berkurangnya elastisitas vagina dan urethra (saluran kemih), Anda mungkin mengalami kesulitan untuk menahan keinginan untuk berkemih yang kemudian diikuti dengan keluarnya kencing tiba-tiba (ngompol) ketika batuk, tertawa atau sedang mengangkat barang berat.

-Berat badan
Sebagian besar wanita mengalami peningkatan berat badan saat masa transisi. Anda perlu mengurangi asupan sebanyak 200-400 kalori dan berolah raga lebih teratur untuk mempertahankan berat badan.

Apakah diperlukan pengobatan saat menopause?

Pada dasarnya menopause tidak membutuhkan terapi medis. Meski demikian, terapi kadang diperlukan untuk meringankan gejala-gejala yang terjadi dan untuk mencegah atau mengurangi kondisi penuaan yang berjala seiring dengan proses menopause.

-Terapi hormonal. Terapi sulih hormon menggunakan estrogen, hingga kini, masih merupakan terapi untuk meringankan hot flashes. Dokter mungkin akan merekomendasikan estrogen dengan dosis serendah mungkin, bergantung pada riwayat medis Anda dan keluarga Anda.
Medikasi lain yang digunakan untuk meredakan gejala hot flashes adalah obat-obatan golongan anti-depresan, gabapentin, dan clonidine.

-Bisphosphonate dapat digunakan utnuk menurunkan risiko osteoporosis.

-Vaginal estrogen dapat mengurangi kekeringan vagina dan rasa tidak nyaman saat berhubungan seksual. Sediaan yang ada biasanya berupa tablet, cincin atau krim. Metode ini hanya menggunakan estrogen dosis rendah, yang kemudian akan diabsorbsi (diserap) oleh vagina.

-Vitamin E dapat mengurangi hot flashes. Yang perlu diperhatikan adalah dosis yang digunakan tidak lebih dari 400 IU setiap harinya.


Bila saya memasuki masa menopause….

Berikut adalah hal-hal yang dapat Anda lakukan untuk mempersiapkan diri dalam menjalani masa menopause

-Mengurangi hot flashes dengan berolah raga, memakai pakaian berlapis dan cobalah untuk mengenali apa yang dapat memicu timbulnya hot flashes pada diri Anda. Faktor pemicu yang paling sering adalah minuman panas, makanan yang berempah, alkohol, dan cuaca panas.

-Mengurangi rasa tidak nyaman pada vagina. Gunakan vaginal estrogen atau lubrikan (pelincir) vagina saat berhubungan.

-Mengoptimalkan kualitas tidur. Hindari kopi dan berolah raga teratur. Sebelum tidur lakukan teknik relaksasi, seperti menarik napas panjang dan relaksasi otot-otot dapat membantu.

-Memperkuat otot dasar panggul. Lakukan senam Kegel (seperti menahan kencing) dapat mengurangi inkontinensia urin (tidak dapat menahan kencing, ngompol)

-Makan cukup dan seimbang yaitu mengkonsumsi berbagai jenis buah, sayur dan membatasi makanan berlemak, minyak serta gula. Jangan lupa tambahkan 1200-1500 mg kalsium dan 800 IU vitamin D.

-Melakukan pemeriksaan tubuh berkala, seperti mammografi, Pap-smear, profil lipid dan tes lainnya.
dr. Pramita Andarwati

Selasa, 18 Maret 2008

PEMERIKSAAN PAYUDARA



Pemeriksaan & Saran Perawatan
1. Evaluasi BH
2. Bentuk
3. Nipple
4. Areola
5. Skin
6. Muscle
7. Fat, Lobe and Lobules
8. Lymph Vesicle and Node
9. Axilla

Minggu, 16 Maret 2008

Pentingnya Menjaga Kebersihan Organ Intim Wanita


Tidak semua wanita peduli akan kebersihan organ intimnya, atau sekalipun ia peduli akan tetapi pengetahuan tentang cara menjaga kebersihan organ tersebut masih rendah. Padahal organ intim wanita merupakan aset yang tidak ternilai harganya.
Kebersihan organ intim sangat berkaitan dengan penyakit-penyakit kulit, kandungan, dan lain sebagainya. Yang paling menakutkan adalah kaitannya dengan penyakit kanker leher rahim (cervix). Kebersihan area vagina terbukti memiliki hubungan erat dengan angka kejadian penyakit ini. Penyakit kanker leher rahim masih merupakan pembunuh wanita peringkat pertama di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Penyakit kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina).
Siapa saja yang harus lebih mawas diri terhadap kemungkinan terkenanya dengan penyakit kanker leher rahim ini antara lain, setiap wanita yang memulai aktifitas seksual pada usia sangat muda, melahirkan banyak anak, bergonta-ganti pasangan seksual, terinfeksi penyakit menular seksual, terinfeksi Human Papilloma Virus (HPV), pernah/memiliki memiliki anggota keluarga dengan riwayat menderita penyakit keganasan, perokok aktif maupun pasif, terpapar bahan radiasi dan karsinogenik.
Sebenarnya ada satu hal yang penting dalam upaya menurunkan angka terjadinya kanker leher rahim tetapi sering kali diacuhkan oleh wanita, yaitu menjaga kebersihan (hygienitas). Upaya menjaga kebersihan organ intim dapat dimulai dari cara cebok yang benar, yaitu dari arah depan ke belakang. Hal ini dilakukan untuk mencegah berpindahnya kuman-kuman dari daerah anus ke vagina.
Selain itu area vagina harus selalu dijaga dalam keadaan kering, karena kelembaban menyebabkan kuman, bakteri dan jamur tumbuh subur, dan seringkali berlanjut menyebabkan keluhan keputihan. Disarankan untuk selalu mengeringkan bibir vagina sehabis buang air dengan tissue ataupun handuk bersih. Frekuensi berganti celana dalam juga harus diperhatikan, apabila celana dalam sudah kotor, lembab, maupun basah karena keringat, maka celana dalam harus diganti saat itu juga. Penggunaan air ternyata juga menuntut perhatian lebih, dianjurkan setiap kali buang air kecil di kamar mandi umum unutk mempergunakan air langsung dari kran (air mengalir) untuk membilas (cebok). Beberapa penelitian menyatkan bahwa pada bak (penampung air) kamar mandi umum banyak mengandung mikroorganisme yang merugikan.
Apabila memiliki keluhan keputihan, terutama keputihan yang berbau, menimbulkan rasa gatal, berwarna putih-kuning hingga kehijauan, maka hal ini jangan dipandang remeh. Keputihan harus mendapat pengobatan yang tepat. Yang mana untuk pengobatan yang tepat sasaran, seorang dokter sebaiknya mengidentifikasikan kuman/bakteri penyebab keputihan tersebut, sehingga terapi yang diberikan dapat memberikan hasil yang optimal. Cara pengidentifikasian organisme ini dapat dilakukan melalui pemeriksaan vaginal-smear dan juga pap-smear.
Upaya menjaga kebersihan daerah vagina juga dapat dilakukan dengan mencucinya. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan vaginal-toilet secara sederhana dirumah, yaitu dengan air bersih mengalir. Dapat juga dengan menggunakan cairan pembersih khusus untuk area vagina.
Selain itu, dapat juga dilakukan vaginal-toilet yang dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih, dengan menggunakan alat-alat yang terjaga kebersihannya, cairan pembersih khusus yang aman untuk area vagina, dan tanpa menggunakan bahan pengharum. Vaginal-toilet ini disarankan untuk dilakukan sebulan sekali.